Kampus Jantung Hati
Rakyat Aceh sematan yang ditujukan kepada Unversitas kebanggaan rakyat Aceh,
Universitas Syiah Kuala atau biasa dikenal dengan nama Unsyiah. Pasalnya dari
kampus inilah telah lahir banyak cendikiawan-cendikiawan yang tidak kalah
hebatnya dengan kampus-kampus lain di luar sana. Cikal bakal Unsyiah yang
dimulai dari Fakultas Ekonomi yang tidak lain adalah bagian dari Universitas
Sumatera Utara. Secara resmi sebagai sebuah universitas baru dinyatakan pada
tanggal 21 Juni 1961 melalui SK Menteri PTIP No. 11 Tahun 1961 dan pengesahannya
melalui Keputusan Presiden No. 161 tanggal 24 April tahun 1962. Bila dilihat
lebih jauh, sudah lebih dari setengah abad lamanya kampus ini hadir mewarnai
pendidikan di Aceh.
Selama lebih dari
setengah abad lamanya, telah banyak perubahan yang terus menerus dilakukan guna
memperbaiki mutu pendidikan khususnya di Aceh dengan harapan anak-anak bangsa
yang akan duduk di bangku perkuliahan akan menjadi generasi yang lebih baik. Mahasiswa
adalah agen of chance dan agen of control. Jelasnya, Mahasiswa
adalah ujung tombak masyarakat, sekaligus pemuda yang seharusnya memiliki
karakter dan idealisme yang bagus, kita belumlah masuk ke dalam lingkaran
birokrasi pemerintah, kita masih bisa mengkritisi pemerintah sekaligus memberi
solusi yang menurut kita benar, dan bisa di pertanggung jawabkan. Itulah mahasiswa
yang sesungguhnya yang mencerminkan tridarma Perguruan Tinggi sesuai dengan PP.
No. 60 Th. 1999 yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian.
Untuk menjadi
seorang mahasiswa yang mengaplikasikan Tridharma ini, pendidikan saja dengan duduk manis
di ruang kelas, absensi hadir, mendengarkan dosen, mengerjakan tugas lalu
pulang atau alias kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang) tidaklah cukup,
melainkan mereka harus lebih kreatif sehingga terbentuklah karakter serta
pikiran seorang yang benar-benar mahasiswa, karena kualitas kita kelak akan
teruji ketika kita berada di masyarakat.
Salah satu yang
bisa dilakukan adalah dengan bergabung dengan suatu wadah mahasiswa, baik itu
di tingkat universitas, di tingkat fakultas atau bahkan di tingkat Jurusan. Organisasi
mahasiswa ini tujuan utamanya adalah untuk pembelajaran, menyalurkan bakat
seluruh mahasiswa sehingga tujuan organisasi ini tidak di salah artikan tentunya. Penulis
melihat fenomena yang terjadi sekarang khususnya di Fakutas di mana saya belajar hingga saat ini bahwa kurangnya antusias mahasiswa untuk ikut nimbrung dalam sebuah
organisasi. Bisa dibilang mereka yang ikut hanya segelintir orang saja, seperti
ada suatu masalah atau ketakutan tersendiri apabila ikut dalam organisasi. Apabila
waktu kuliah selesai, bisa dihitung dengan tangan mereka yang tetap berada di kampus.
Selebihnya, mereka lebih memilih pulang atau mejeng di luar kampus sana. Alasan yang sering dipaki adalah malas,
tidak mau ikut campur atau bahkan takut apabila nantinya nilai akhir dari
matakuliahnya jelek akibat sibuk berorganisasi karena takut mengecewakan orang
tua di rumah. Padahal tidak hanya keluarga, masyarakat bahkan bangsa ini sangat
lah membutuhkan mahasiswa yang mapan secara intelektualnya, tetapi juga mapan
secara pikiran dalam artian memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Mengutip dari kata Presiden kita yang pertama,
Soekarno, “Beri Aku 10 Pemuda, Maka Akan Kugoncangkan Dunia!”, sungguh
memberikan arti yang cukup tinggi bahwa mahasiswa sebagai pemuda memiliki
kedudukan yang dapat merubah wajah dunia.
Kalau bisa penulis menyampaikan sebuah slogan yang
dapat digunakan untuk setiap mahasiswa yaitu, “Kuliah nomor satu, organisasi
segala-galanya”, sehingga seorang mahasiswa dapat menjadi mahasiswa yang
benar-benar mahasiswa. Pernah penulis berdiskusi dengan seorang mahasiswa yang mengumpamakan
mahasiswa yang aktif kuliah dan aktif organisasi seperti buah utrujah yang memiliki rasa yang enak dan
berbau wangi, sedangkan untuk mahasiswa yang kupu-kupu, seperti buah kurma yang
manis rasanya namun tidak berbau. Lebih lanjut dia mengumpamakan mahasiswa yang
aktif organisasi namun malas dengan aktifitas akademik seperti buah raihana yang wanginya harum namun
rasanya pahit. Kata sandang MAHA memang
harus dapat mencerminkan sesuatu yang lebih dari seorang
siswa, yang mampu dalam segala hal. Masyarakat luas beranggapan bahwa mahasiswa
adalah kaum intelektual yang masih bersih dari kotoran. Jadi seorang mahasiswa
mengemban seluruh kepercayaan masyarakat kepada kita. Mahasiswa adalah pemuda
masa kini yang akan menjadi pemimpin masa depan. Jangan sampai
pendahulu-pendahulu kita merasa miris melihat perkembangan mahasiswa sekarang
ini.
Mari kita rubah
pemikiran kita terhadap wajah organisasi. Saatnya mahasiswa berkarya, bangkit
dari keterpurukan, membangun bangsa ini menjadi lebih baik. Kalau bukan kita
sebagai mahasiswa, siapa lagi yang akan merubah wajah negeri ini. Kalau bukan
bukan sekarang, kapan lagi. Wallahu’alam.
0 komentar:
Posting Komentar